PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR ANGKATAN 2013 My Live

Sabtu, 07 Juni 2014

permainan anak

Permainan anak usia 1-6 tahun

1. Usia 1 tahun
1) Mobil-mobilan, kereta, atau sejenisnya yang dapat dinaiki dan digerakan dengan kaki (bukan dengan mesin)
Mainan jenis ini dapat membantu perkembangan fisik anak karena menggunakan kaki untuk menggerakan mainan tersebut. Dipandu oleh orang tua, ia akan belajar kata-kata baru misalnya “stop”, “jalan”, “berbelok”, “kiri”, dan “kanan”. Mainan anak 1 tahun ini dapat memuaskan rasa keingintahuan anak karena ia dapat berpetualang dengan mudahnya berkeliling rumah menggunakan mainan tersebut.
2) Rumah-rumahan yang dapat dimasuki dalamnya
Mainan ini dapat membantu perkembangan fisik karena anak akan merangkak dan berjalan, sambil merangsang rasa keingintahuannya.
3) Walker (mainan untuk membantu berjalan) dengan tombol musik atau suara
Walker yang bermusik dapat membantu anak fasih berjalan. Mainan anak 1 tahun ini biasanya dilengkapi dengan tombol aneka warna yang dapat mengeluarkan suara atau musik bila ditekan. Anak akan terlatih mengingat tombol mana yang ditekan untuk mendapatkan bunyi yang ia suka.
Tetapi hati-hati, jangan memilih walker yang beroda, karena walker jenis ini dapat terbalik bila menabrak dinding. Di beberapa negara, walker yang beroda sudah dilarang. Pilihlah walker yang tidak beroda, sehingga anak bisa belajar berjalan hanya dengan tempat duduk yang dapat bergeser saja.
4) Mainan bertema binatang
Mainan ini biasanya dimainkan sambil duduk dan tidak terlalu melatih gerak motorik kaki. Namun anak dapat dilatih untuk mengingat berbagai jenis binatang melalui mainan ini.
5) Mainan yang membantu anak mengenal warna, huruf, dan bentuk
Mainan ini melatih anak menggunakan memorinya untuk mengingat berbagai hal. Mainan ini dapat dikombinasikan dengan mainan rumah-rumahan supaya melatih fisik maupun memori dan logikanya.
2. Usia 2 tahun
      Bola tendang, role play (bermain peran), boneka tangan (gunakan sebagai media bercerita dengan cerita yang bisa Anda kreasikan sendiri), buku cerita, puzzlesederhana, dll.
3. Usia 3 tahun
- Permainan tebak benda.
Permainan ini akan mendorong anak Anda untuk menyentuh dan merasakan objek yang berbeda - beda yang Anda berikan. Anda hanya perlu kantong kertas dan benda - benda yang aman untuk anak balita Anda. Carilah barang yang terbuat dari bahan atau material yang berbeda dan memiliki bentuk yang bervariasi. Sembunyikan barang di dalam kantong dan biarkan anak merasakan dengan jari - jarinya yang mungil benda apa yang ada dalam kantong tanpa melihat ke dalam. Minta anak untuk menebak benda - benda tersebut dan saat permainan selesai biarkan anak kemudian bermain dengan benda - benda tersebut.

- Merangkai puzzle.
Puzzle kayu atau berbahan karton tebal yang berukuran cukup besar misalnya bergambar hewan atau buah baik diberikan pada anak usia 2 - 3 tahun. Hal ini untuk melatih kecerdasan dalam merangkai gambar juga kecermatannya dalam memungut dan menempatkan puzzle pada tempatnya.

Bila Anda tidak memiliki banyak dana, Anda bisa membuat puzzle sendiri di rumah. Caranya dengan menggunting gambar karton favorit ukuran besar dari majalah bacaan anak atau print gambar dari internet, tempelkan pada kardus tebal, gunting menjadi beberapa bagian dan minta anak untuk merangkainya.


- Menarik dan mendorong.
Di usia ini anak suka bermain dengan mendorong kardus, keranjang cucian atau menarik mainannya. Misalnya saja bermain menarik mainan kayunya dengan tali, minta anak untuk menariknya menggunakan tangan kanan dan kirinya secara bergantian. Latih anak untuk menggunakan ke dua tangannya agar kedua tangannya terampil. Anda tidak perlu khawatir kalau anak Anda memang kidal, latihlah tangan tersebut agar lebih terampil.

- Bermain lilin atau playdough.
Ajari dan minta anak untuk meniru bentuk - bentuk sederhana menggunakan lilin berwarna - warni yang Anda buat. Anda bisa memperkenalkan nama - nama warna juga saat melakukan stimulasi ini. Misalnya saja bentuk bola - bola kecil, ular, cincin atau boneka salju. Kegiatan meremas, menggulung, dan mencetak berbagai macam bentuk selain menyenangkan dapat memperkuat lengan bagian atas, otot - otot telapak tangan dan jari - jarinya.

- Menempelkan sticker.
Ajaklah dan biarkan anak untuk memilih ketika Anda membeli sticker - sticker tokoh kartun favoritnya. Biarkan anak untuk menempelkannya di boks plastik makanan atau di mainan favoritnya. Bisa juga Anda membeli buku sticker khusus dimana anak dapat menempelkan stickernya di atas sebuah pola atau bentuk yang memiliki gambar sama dengan bentuk stikernya. Kegiatan mencabut dan menempel sticker tentu dapat melatih keterampilan jari - jari kecilnya.

- Membalik halaman buku satu persatu.
Kegiatan rangsangan ini bisa dilakukan ketika Anda sedang membacakan buku cerita bergambar untuknya. Anda bisa membuka 2 atau 3 halaman lembar pertama buku tersebut, dan selanjutnya minta anak untuk membuka halamannya satu per satu.

- Mencorat - coret.
Duduklah bersama anak, berikan selembar kertas dan sebuah pensil atau crayon. Ajarkan anak untuk memegang pensil atau crayon yang benar. Mintalah anak untuk menggambar apa saja yang disukainya. Atau berikan contoh bagaimana cara menggambar lingkaran dan garis lurus, minta anak untuk meniru gambar - gambar tersebut.

- Menggunting kertas.
Anda bisa membeli gunting plastik khusus anak yang tidak membahayakan di toko - toko alat tulis. Aktivitas menggunting ini bisa melatih anak dalam memegang dan menggerakan gunting yang tentu saja dapat melenturkan otot - otot jarinya agar lebih cekatan. Pada awalnya berikan contoh kepada anak cara memegang gunting yang benar dan bantu anak dalam menempatkan posisi jari - jarinya sebelum menggunting.

Anda bisa membuat pola - pola sederhana di kertas seperti bentuk segitiga dan persegi panjang lalu minta anak untuk mengguntingnya. Untuk lebih menyenangkan Anda juga bisa memintanya menggunting gambar tokoh karton favoritnya dari majalah bacaan anak atau kertas kado.

- Mengukur dengan sendok.
Saat Anda memasak di dapur, misalnya saja kegiatan membuat kue sebenarnya juga bisa digunakan sebagai kegiatan rangsangan yang melatih kelenturan jari - jarinya. Anda bisa memberikan sendok dan meminta anak untuk mengambil tepung menggunakan sendok tersebut untuk dimasukkan ke timbangan kue.

- Merobek.
Kegiatan menyenangkan ini bisa dilakukan dengan kertas koran atau kertas kado bekas. Setelah anak merobek - robek, bantu anak untuk bisa menempelkannya ke kertas putih menggunakan dengan menggunakan lem.

- Menyusun balok dan lego.
Kegiatan rangsangan menyusun ini dapat membuat anak cerdas karena anak dapat membebaskan ekspresinya dalam menyusun balok - balok atau lego menjadi bentuk - bentuk yang diinginkannya. Misalnya mobil, jembatan atau gedung bertingkat.

4. usia 4 tahun
Mini board (papan tulis kecil), buku mewarnai, mainan karakter (super hero, princess, dsb), kitchen set (anak bisa berimajinasi menata ruang dapur), ular tangga (melatih strategi), dll.
5. Usia 5 tahun
•    Menggali kemampuan manajerial: monopoli, ular tangga, lego, mobil-mobilan (dengan atau tanpa remote control) 
•    Mengenali angka dan waktu: jam dinding mainan, model angka dan huruf, sempoa
•    Mengenal teknologi dengan pendampingan ketat dari orangtua: game online,  Playstation, permainan komputer, aplikasi permainan pada gadget dan tablet
6. Usia 6 tahun
Ø TIC TAC TOE
Bermanfaat Untuk: •Melatih logika           •Melatih strategi          •Sosialisi          •Digunakan untuk umur : 3 – 6 tahun
Ø Puzzle Timbul Gajah
Bermanfaat Untuk :
1. Melatih motorik halus.
2. Melatih Logika.
3. Melatih Problem solving / pemecahan masalah
Ø  PASAK BINATANG

Bermanfaat untuk :
•Melatih motorik halus.
•Belajar menjumlah.
•Pengenalan warna.
•Pengelanan pola.
•Untuk usia : 3 – 5 tahun

Sabtu, 24 Mei 2014

makalah pribadi guru

Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KEPRIBADIAN GURU” . Kemudian tak lupa pula kami mengirimkan shalawat beriring salam pada Nabi besar Muhammad SAW karena beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini tak luput kami mengucapkan terima kasih kepada  pihak – pihak yang telah membantu saya dalam membuat makalah ini.
saya menyadari bahwa penulisan makalah yang berjudul ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 April 2014















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                    1
DAFTAR ISI                                                                                            2
BAB I        PENDAHULUAN                                                                 3
A.  Latar Belakang                                                                  3
B.   Rumusan Masalah                                                            3
C.   Tujuan                                                                               3
BAB II       PEMBAHASAN                                                                   4
A.  Pengertian Guru Dan Pribadi Guru                                4
B.   Perkembangan Kepribadian Guru                                  6
C.   Ciri-ciri Stereotip Guru                                                   8
D.  Profesi Guru Sebagai Pilihan                                          9
E.   Gangguan Fisik dan Mental Guru                                  11
BAB III     PENUTUP                                                                             12
A.  Kesimpulan                                                                       12
B.   Saran                                                                                  12
DAFTAR PUSTAKA                                                                              13







BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Salah satu penyebab rendahnya moral/ahlak generasi saat ini adalah  rendahnya moral para guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat berorientasi pada perolehan angka-angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan.
Setiap orang yang pernah sekolah, pastilah berhubungan dengan guru dan mempunyai gambaran tentang kepribadian guru. Walaupun gambaran tentang guru tidak lengkap dan mungkin tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru.
Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi jenius. Melalui sepuhannyalah, lahir generasi-generasi unggul. Maka dari itu, didalam makalah ini akan dibahas tentang kepribadian guru.

B.   Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan guru dan pribadi guru ?
2.      Bagaimana perkembangan kepribadian guru?
3.      Apa saja ciri-ciri stereotip guru ?
4.      Mengapa profesi guru sebagai pilihan ?
5.      Apa saja gangguan mental dan fisik yang dialami guru?

C.   Tujuan
1.      Mengetahui pengertian guru dan pribadi guru
2.      Mengetahui perkembangan kepribadian guru
3.      Mengetahui ciri-ciri stereotip guru
4.      Mengetahui alasan profesi guru sebagai pilihan
5.      Mengetahui gangguan fisik dan mental yang dialami guru

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian guru dan pribadi guru
1.     Pengertian guru
Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person Occupation is Teaching Other" artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.
Sedangkan arti secara umumnya, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
2.     Pribadi Guru
Ada beberapa pengertian kepribadian menurut ahli sosiologi, diantaranya:
a)    Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.
b)      Menurut Schever Dan Lamm (1998)
Kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
Seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.
Guru hendaknya memiliki kepribadian, yaitu diantaranya:
1.        Kepribadian yang mantap dan stabil:
·         Bertindak sesuai dengan norma hukum
·         Bertindak sesuai dengan norma sosial 
·         Memiliki konsisten dalam bertindak
2.        Kepribadian berakhlak mulia:
·         Berakhlak mulia dan menjadi teladan
·         Memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik.
3.        Kepribadian yang dewasa:
·         Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
·         Memiliki etos kerja sebagai guru
4.        Kepribadian yang arif
·         Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
·          Menunjukkan dalam berfikir dan bertindak
5.        Kepribadian yang berwibawa
·         Memiliki perilaku yang bersifat positif terhadap peserta didik
·         Memiliki perilaku yang disegani
Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan.

Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Dalam menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan muridnya. Djamarah dalam bukunya “Guru dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif” menggambarkan bahwa: Guru adalah pahlawan tanpa pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan pendidikan”.
Kemuliaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya. Guru tidak akan merasa lelah dan tidak mungkin mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka menggunjing, menyuap, malas, marah-marah dan berlaku kasar terhadap orang lain, apalagi terhadap anak didiknya.
Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti hadits Nabi: ”Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas,” artinya sebaik-baiknya manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain (Al Hadits).

B.   Perkembangan kepribadian guru
Kepribadian sesungguhnya adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan atau masalah.
Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
1.            Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menetukan diri fisik primer (warna mata, kulit) selain itu juga kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penyesuaian diri.

2.            Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/budaya seperti teman, guru, dan lain-lain. Dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
3.            Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan aku/diriku dalam diri seseorang.
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari kepribadian. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Jika tingkah laku atau akhlak guru tidak baik, maka umunya akhak-akhlak anak didik akan rusak, karena anak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan contoh yang selama ini didapatnya di rumah dari orang tuanya.
Menurut Athiyah Al-Abrosy bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya dimiliki seorang guru:
1.      Hubungan guru dengan murid harus baik.
2.      Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran mereka.
3.      Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid.
4.      Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.
5.      Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya.
6.      Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan.
7.      Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.
8.      Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.
9.      Guru harus punya niat yang tetap.
10.  Guru harus sehat jasmaninya.
11.  Guru harus punya pribadi yang mantap.
Dalam situasi kelas, guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandangnya sebagai anaknya. Sebaliknya murid-murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya, maka guru di dewasakan atau di tuakan, sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi orang tua.
Dalam menjalankan peranannya sebagai guru, ia lambat laun membentuk kepribadiannya. Ia diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia bereaksi sebagai guru pula. Jadi ia menjadi guru karena diperlakukan dan belaku sebagai guru.Kedudukannya sebagai guru, akan membatasi kebebasannya serta dapat membatasi pergaulannya. Seorang guru tidak akan diajak melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru, tetapi seorang guru akan mencari pergaulannya terutama dari kalangan guru yang sependirian dengannya.
C.   Ciri-ciri stereotip guru
Stereotip guru adalah hal-hal yang sering dilakukan oleh para guru. Stereotip juga bisa diartikan sebagai sifat kepribadian. Yang berkembang dimasyarakat adalah adanya suatu anggapan bahwa yang stereotip selalu dianggap benar, sedangkan yang diluar stereotip dianggap salah. Ciri-ciri stereotip guru, yaitu:
1.        Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
Ia cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda karenanya ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau cara orang lain memecahkan masalah.
2.        Guru pandai menahan diri
Ia selalu hati-hati dan tidak mudah menceburkan diri dalam pergaulan dengan orang lain.
3.        Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain
Karena kecenderungan guru bergaul dengan orang lain, maka orang lainpun sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.


4.        Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
Maka dari itu ia berfikir, baginya guru itu orang yang terhormat dan karena itu sebagai guru harus berprilaku sesuai dengan kedudukan itu.
5.        Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi
Ia sebagai guru merasa orang yang serba tahu dalam kelas, sehingga dengan merasa sebagai orang yang serba tahu ia akan akan memperlihatkan sikapnya itu di luar kelas.
6.        Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru
Seseorang yang memasuki lembaga pendidikan guru, tidak sepenuhnya didorong dari hati, melainkan sering karena pilhan lain tertutup, ataupun berkat dorongan dari orang tua.
7.    Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8.    Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan
Ciri-ciri guru diatas tidak dapat dibuktikan kebenarannya, namun orang akan mempunyai suatu bayangan tertentu tentang pribadi guru pada umumnya, orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan gambaran apa adanya.
D.  Profesi guru sebagai pilihan
Sebelum kita menetapkan apakah mengajar merupakan tugas guru yang termasuk profesi atau tidak atau bahkan sekedar tergolong pekerjaan biasa, kiranya perlu kita ketahui persyaratan yang dibutuhkan dalam sebuah aktivitas termasuk profesi. Belakangan telah sedemikian meluas istilah profesi atau professional dikenal dalam masyarakat. Namun sering kali pemahamannya kurang tepat.Kini sangat banyak yang menganggap bahwa setiap orang dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik, rapi, dan dapat memuaskan orang lain disebut telah melakukan pekerjaan secara professional. Sehingga dengan mudah masyarakat memberikan gelar professional hampir kepada siapa saja, asal dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Tak jarang kita dengar sebutan koruptor professional, pembantu professional, tukang batu professional, sopir professional dan seterusnya. Benarkah sebutan-sebutan tersebut.
Qomari Anwar mendefinisikan profesi adalah sebuah sebutan yang didapat seseorang setelah mengikuti pendidikan, pelatihan ketrampilan dalam waktu yang cukup lama, sehingga dia punya kewenangan memberikan suatu keputusan mandiri berdasarkan kode etik tertentu, yang harus dipertanggungjawabkan sampai kapanpun. Melakukan tugas profesi memperoleh posisi yang prestisius dan mendapat imbalan gaji yang tinggi. Karenanya tidak semua pekerjaan yang ditekuni oleh seseorang walaupun sudah cukup lama otomatis disebut sebagai tugas profesi. Dalam hal jabatan guru, National Education Association (NEA) (1948) merumuskan bahwa jabatan profesi merupakan jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, didahului dengan professional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu, menjanjikan karier bagi anggota secara permanent, mengikuti standar baku mutu tersendiri, lebih mementingkan layanan kepada masyarakat dibanding dengan mencari keuntungan sendiri, dan memiliki suatu organisasi professional yang kuat dan dapat melakukan control terhadap anggota yang melakukan penyimpangan. Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas kini muncul pertanyaan: Apakah tugas mengajar atau jabatan guru dapat termasuk jabatan profesi?
Bisa jadi pertanyaan di atas memicu adanya jawaban yang beraneka ragam berdasarkan kenyataan yang dialami oleh para guru di lapangan. Namun Stinnett menegaskan bahawa jabatan guru sudah dianggap memenuhi criteria jabatan professional, bahkan mengajar bisa disebut sebagai ibu dari segala profesi. Apalagi setelah disahkannya undang-undang tentang guru dan dosen, maka jabatan guru tidak boleh dipandang sebelah mata oleh siapapun. Karena dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut, jabatan guru sudah merupakan jabatan profesi yang setara dengan jabatan-jabatan profesi lainnya seperti Dokter, Perawat dan lain sebagainya.
Kalau dulu menjadi guru adalah pilihan terakhir ketika pilihan-pilihan utama tidak dapat tercapai, maka dengan diperhatikannya kesejahteraan guru oleh pemerintah, menjadi guru adalah sebuah pilihan yang utama. Jabatan guru merupakan jabatan terhormat dimasyarakat disatu sisi juga menjanjikan masa depan yang lebih terjamin dibanding profesi-profesi lainnya.




E.   Gangguan fisik dan mental yang dialami guru
Berdasarkan penelitian guru sangat rentan terhadap penyakit yang berhubungan dengan radang tenggorok sampai sariawan. Hal ini dikarenakan intensitas mengajar yang tinggi tanpa ditopang dengan asupan vitamin yang memadai, akhirnya yang terjadi system immune ( kekebalan ) menurun dan ia menjadi gampang terserang berbagai macam penyakit, terutama dua penyakit di atas.
Disamping factor kesehatan fisik yang terganggu, para guru juga mengalami banyak gangguan mentalnya. Ada kemungkinan, menurut pendapat sejumlah peneliti, bahwa tidak adanya hidup kekeluargaan yang normal dan frustasi dalam hubungan seks yang normal turut menambah gangguan mental guru-guru wanita yang tidak kawin. Guru pria dianggap mempunyai mental yang lebih stabil bila mereka mempunyai keluarga yang normal.
Berdasarkan penelitian itu dapat dibuktikan adanya guru yang mengalami gangguan mental, bahwa ada diantaranya yang memerlukan perawatan psikiater. Akan tetapi penelitian itu tidak menunjukkan apakah gangguan mental itu lebih banyak terdapat di kalangan guru dibandingkan dengan profesi lain. Juga tidak diketahui apakah gangguan mental itu telah ada pada calon guru, nyata atau laten, sebelum ia melakukan profesinya ataukah gangguan mental itu timbul sebagai akibat pekerjaannya sebagai guru. Selanjutnya tidak diketahui hingga manakah gangguan mental itu merugikan murid dan proses belajar mengajar.











BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu pesroalan.
Ciri-ciri stereotip guru, yaitu:
1.    Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
2.    Guru pandai menahan diri
3.    Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain
4.    Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
5.    Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi
6.    Guru pada umumnya tidak di dorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru
7.    Guru menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8.    Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.

B.   Saran
Sebagai seorang pendidik, harus mampu menjalankan tugas dan kewajibannya terhadap peserta didik. Sosok pribadi seorang guru, harus menjadi contoh bagi para peserta didiknya.




DAFTAR RUJUKAN