Kata
Pengantar
Puji
syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KEPRIBADIAN
GURU” . Kemudian tak lupa pula kami mengirimkan shalawat beriring salam pada
Nabi besar Muhammad SAW karena beliau telah berhasil membawa umatnya dari alam
kebodohan kepada alam yang berilmu pengetahuan seperti saat ini.
Dalam
penulisan makalah ini tak luput kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak – pihak yang telah membantu saya dalam membuat makalah ini.
saya
menyadari bahwa penulisan makalah yang berjudul ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Makassar,
10 April 2014
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar
Belakang 3
B. Rumusan
Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Pengertian
Guru Dan Pribadi Guru 4
B. Perkembangan
Kepribadian Guru 6
C. Ciri-ciri
Stereotip Guru 8
D. Profesi
Guru Sebagai Pilihan 9
E. Gangguan
Fisik dan Mental Guru 11
BAB III PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu penyebab rendahnya moral/ahlak generasi saat ini adalah
rendahnya moral para guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya
mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat
ini sangat berorientasi pada perolehan angka-angka sebagai standarisasi
kualitas pendidikan.
Setiap orang yang pernah sekolah, pastilah berhubungan dengan guru dan mempunyai
gambaran tentang kepribadian guru. Walaupun gambaran tentang guru tidak lengkap
dan mungkin tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru.
Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan
peradaban manusia. Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa-apa
menjadi pribadi jenius. Melalui sepuhannyalah, lahir generasi-generasi unggul.
Maka dari itu, didalam makalah ini akan dibahas tentang kepribadian guru.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan guru dan pribadi guru ?
2. Bagaimana
perkembangan kepribadian guru?
3. Apa
saja ciri-ciri stereotip guru ?
4. Mengapa
profesi guru sebagai pilihan ?
5. Apa
saja gangguan mental dan fisik yang dialami guru?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian guru dan pribadi guru
2. Mengetahui
perkembangan kepribadian guru
3. Mengetahui
ciri-ciri stereotip guru
4. Mengetahui
alasan profesi guru sebagai pilihan
5. Mengetahui
gangguan fisik dan mental yang dialami guru
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian guru dan pribadi guru
1. Pengertian
guru
Menurut kamus besar bahasa Indonesia guru adalah seorang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab
disebut mu’allim dan dalam bahasa Inggris disebut
Teacher. Semua memiliki arti yang sederhana yakni "A Person Occupation is
Teaching Other" artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar
orang lain.
Sedangkan
arti secara umumnya, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak
usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
2. Pribadi Guru
Ada beberapa pengertian kepribadian
menurut ahli sosiologi, diantaranya:
a)
Menurut Horton (1982)
Kepribadian adalah keseluruhan
sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen
itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi
tertentu.
b)
Menurut Schever Dan Lamm (1998)
Kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap,
kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang
sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka
sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai
situasi yang di hadapi.
Seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi
sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian menurut Zakiah
Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya
dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu
persoalan. Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga
dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan
cerminan dari kepribadian seseorang. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah
laku positif akan meningkatkan dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian
seseorang maka akan naik pula wibawa orang tersebut.
Guru hendaknya memiliki kepribadian, yaitu
diantaranya:
1.
Kepribadian yang mantap dan stabil:
·
Bertindak sesuai dengan norma hukum
·
Bertindak sesuai dengan norma sosial
·
Memiliki konsisten dalam bertindak
2.
Kepribadian berakhlak mulia:
·
Berakhlak mulia dan menjadi teladan
·
Memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik.
3.
Kepribadian yang dewasa:
·
Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik
·
Memiliki etos kerja sebagai guru
4.
Kepribadian yang arif
·
Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah dan masyarakat
·
Menunjukkan dalam berfikir dan bertindak
5.
Kepribadian yang berwibawa
·
Memiliki perilaku yang bersifat positif terhadap
peserta didik
·
Memiliki perilaku yang disegani
Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru
dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi
perusak anak didiknya. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki
sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam
seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan
melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat kewibawaannya, terutama
di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan
nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur
dalam perbuatan dan perkataan.
Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan
pengarahan kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Dalam menggerakkan
murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing dan
mengarahkan muridnya. Djamarah dalam bukunya “Guru dan Anak didik Dalam
Interaksi Edukatif” menggambarkan bahwa: Guru adalah pahlawan tanpa pamrih,
pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan, pahlawan
pendidikan”.
Kemuliaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya. Guru tidak
akan merasa lelah dan tidak mungkin mengembangkan sifat iri hati, munafik, suka
menggunjing, menyuap, malas, marah-marah dan berlaku kasar terhadap orang lain,
apalagi terhadap anak didiknya.
Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik
dapat saja dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan
dalam mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah
kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti
hadits Nabi: ”Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas,” artinya sebaik-baiknya manusia
adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain (Al Hadits).
B. Perkembangan
kepribadian guru
Kepribadian sesungguhnya adalah sesuatu yang abstrak, sukar dilihat atau
diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya
dalam segala aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, ucapan, caranya
bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi persoalan atau masalah.
Ada 3 faktor
yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
1.
Faktor bawaan
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang
menetukan diri fisik primer (warna mata, kulit) selain itu juga
kecenderungan-kecenderungan dasar misalnya kepekaan, penyesuaian diri.
2.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah,
atau lingkungan sosial/budaya seperti teman, guru, dan lain-lain. Dapat
mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
3.
Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara
bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan aku/diriku dalam
diri seseorang.
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh kode kelakuan
seperti yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaannya. Guru harus
menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial.
Tingkah laku atau moral guru pada umumnya, merupakan
penampilan lain dari kepribadian. Bagi anak didik yang masih kecil guru adalah
contoh teladan yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang
pertama sesudah orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik.
Jika tingkah laku atau akhlak guru tidak baik, maka umunya akhak-akhlak anak
didik akan rusak, karena anak mudah terpengaruh oleh orang-orang yang
dikaguminya. Atau dapat juga menyebabkan anak didik gelisah, cemas atau
terganggu jiwa karena ia menemukan contoh yang berbeda atau berlawanan dengan
contoh yang selama ini didapatnya di rumah dari orang tuanya.
Menurut Athiyah Al-Abrosy bahwasannya sifat-sifat yang
seyogyanya dimiliki seorang guru:
1.
Hubungan guru dengan murid harus baik.
2.
Guru harus selalu memperhatikan murid serta pelajaran
mereka.
3.
Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar murid.
4.
Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan
dan keindahan serta kemuliaan.
5.
Guru wajib ikhlas di dalam pekerjaannya.
6.
Guru wajib menghubungkan masalah yang berhubungan
dengan kehidupan.
7.
Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.
8.
Guru harus mampu mengajar bagus penyiapannya dan bijaksana
dalam menjalankan tugasnya.
9.
Guru harus punya niat yang tetap.
10. Guru harus
sehat jasmaninya.
11. Guru harus
punya pribadi yang mantap.
Dalam situasi kelas, guru menghadapi sejumlah murid
yang harus dipandangnya sebagai anaknya. Sebaliknya murid-murid akan
memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya, maka
guru di dewasakan atau di tuakan, sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum
pantas menjadi orang tua.
Dalam menjalankan peranannya sebagai guru, ia lambat
laun membentuk kepribadiannya. Ia diperlakukan oleh lingkungan sosialnya
sebagai guru dan ia bereaksi sebagai guru pula. Jadi ia menjadi guru karena
diperlakukan dan belaku sebagai guru.Kedudukannya sebagai guru, akan membatasi
kebebasannya serta dapat membatasi pergaulannya. Seorang guru tidak akan diajak
melakukan kegiatan yang rasanya kurang layak bagi guru, tetapi seorang guru
akan mencari pergaulannya terutama dari kalangan guru yang sependirian
dengannya.
C.
Ciri-ciri stereotip guru
Stereotip guru adalah hal-hal yang sering dilakukan oleh para guru.
Stereotip juga bisa diartikan sebagai sifat kepribadian. Yang berkembang
dimasyarakat adalah adanya suatu anggapan bahwa yang stereotip selalu dianggap
benar, sedangkan yang diluar stereotip dianggap salah. Ciri-ciri stereotip
guru, yaitu:
1.
Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
Ia cenderung mempunyai pendirian
yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang
berbeda karenanya ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau cara orang
lain memecahkan masalah.
2.
Guru pandai menahan diri
Ia selalu hati-hati dan tidak mudah
menceburkan diri dalam pergaulan dengan orang lain.
3.
Guru cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul
dengan orang lain
Karena kecenderungan guru bergaul dengan orang lain,
maka orang lainpun sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.
Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa
keterikatan kelakuannya pada norma-norma yang berkenaan dengan kedudukannya.
Maka dari itu ia berfikir, baginya
guru itu orang yang terhormat dan karena itu sebagai guru harus berprilaku
sesuai dengan kedudukan itu.
5.
Guru cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui”
dalam diskusi
Ia sebagai guru merasa orang yang
serba tahu dalam kelas, sehingga dengan merasa sebagai orang yang serba tahu ia
akan akan memperlihatkan sikapnya itu di luar kelas.
6.
Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang
kuat untuk menjadi guru
Seseorang yang memasuki lembaga pendidikan guru, tidak
sepenuhnya didorong dari hati, melainkan sering karena pilhan lain tertutup,
ataupun berkat dorongan dari orang tua.
7. Guru
menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8. Guru pada umumnya tidak
mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan
Ciri-ciri guru diatas tidak dapat dibuktikan
kebenarannya, namun orang akan mempunyai suatu bayangan tertentu tentang
pribadi guru pada umumnya, orang akan berinteraksi dengan guru berdasarkan
gambaran apa adanya.
D. Profesi guru
sebagai pilihan
Sebelum kita menetapkan apakah mengajar merupakan tugas guru yang termasuk
profesi atau tidak atau bahkan sekedar tergolong pekerjaan biasa, kiranya perlu
kita ketahui persyaratan yang dibutuhkan dalam sebuah aktivitas termasuk
profesi. Belakangan telah sedemikian meluas istilah profesi atau professional
dikenal dalam masyarakat. Namun sering kali pemahamannya kurang tepat.Kini
sangat banyak yang menganggap bahwa setiap orang dapat mengerjakan suatu
pekerjaan dengan baik, rapi, dan dapat memuaskan orang lain disebut telah
melakukan pekerjaan secara professional. Sehingga dengan mudah masyarakat
memberikan gelar professional hampir kepada siapa saja, asal dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Tak jarang kita dengar sebutan koruptor professional,
pembantu professional, tukang batu professional, sopir professional dan seterusnya.
Benarkah sebutan-sebutan tersebut.
Qomari Anwar mendefinisikan profesi adalah sebuah sebutan yang didapat
seseorang setelah mengikuti pendidikan, pelatihan ketrampilan dalam waktu yang
cukup lama, sehingga dia punya kewenangan memberikan suatu keputusan mandiri
berdasarkan kode etik tertentu, yang harus dipertanggungjawabkan sampai
kapanpun. Melakukan tugas profesi memperoleh posisi yang prestisius dan
mendapat imbalan gaji yang tinggi. Karenanya tidak semua pekerjaan yang
ditekuni oleh seseorang walaupun sudah cukup lama otomatis disebut sebagai
tugas profesi. Dalam hal jabatan guru, National Education Association (NEA)
(1948) merumuskan bahwa jabatan profesi merupakan jabatan yang melibatkan
kegiatan intelektual, menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, didahului
dengan professional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu,
menjanjikan karier bagi anggota secara permanent, mengikuti standar baku mutu
tersendiri, lebih mementingkan layanan kepada masyarakat dibanding dengan
mencari keuntungan sendiri, dan memiliki suatu organisasi professional yang
kuat dan dapat melakukan control terhadap anggota yang melakukan penyimpangan.
Dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas kini muncul pertanyaan: Apakah
tugas mengajar atau jabatan guru dapat termasuk jabatan profesi?
Bisa jadi pertanyaan di atas memicu adanya jawaban yang beraneka ragam
berdasarkan kenyataan yang dialami oleh para guru di lapangan. Namun Stinnett
menegaskan bahawa jabatan guru sudah dianggap memenuhi criteria jabatan professional,
bahkan mengajar bisa disebut sebagai ibu dari segala profesi. Apalagi setelah
disahkannya undang-undang tentang guru dan dosen, maka jabatan guru tidak boleh
dipandang sebelah mata oleh siapapun. Karena dengan diberlakukannya
Undang-Undang tersebut, jabatan guru sudah merupakan jabatan profesi yang
setara dengan jabatan-jabatan profesi lainnya seperti Dokter, Perawat dan lain
sebagainya.
Kalau dulu menjadi guru adalah pilihan terakhir ketika pilihan-pilihan
utama tidak dapat tercapai, maka dengan diperhatikannya kesejahteraan guru oleh
pemerintah, menjadi guru adalah sebuah pilihan yang utama. Jabatan guru
merupakan jabatan terhormat dimasyarakat disatu sisi juga menjanjikan masa
depan yang lebih terjamin dibanding profesi-profesi lainnya.
E.
Gangguan fisik dan mental yang dialami guru
Berdasarkan penelitian guru sangat rentan terhadap
penyakit yang berhubungan dengan radang tenggorok sampai sariawan. Hal ini
dikarenakan intensitas mengajar yang tinggi tanpa ditopang dengan asupan
vitamin yang memadai, akhirnya yang terjadi system immune ( kekebalan ) menurun
dan ia menjadi gampang terserang berbagai macam penyakit, terutama dua penyakit
di atas.
Disamping factor kesehatan fisik yang terganggu, para
guru juga mengalami banyak gangguan mentalnya. Ada kemungkinan, menurut
pendapat sejumlah peneliti, bahwa tidak adanya hidup kekeluargaan yang normal
dan frustasi dalam hubungan seks yang normal turut menambah gangguan mental
guru-guru wanita yang tidak kawin. Guru pria dianggap mempunyai mental yang lebih
stabil bila mereka mempunyai keluarga yang normal.
Berdasarkan penelitian itu dapat dibuktikan adanya
guru yang mengalami gangguan mental, bahwa ada diantaranya yang memerlukan
perawatan psikiater. Akan tetapi penelitian itu tidak menunjukkan apakah gangguan
mental itu lebih banyak terdapat di kalangan guru dibandingkan dengan profesi
lain. Juga tidak diketahui apakah gangguan mental itu telah ada pada calon
guru, nyata atau laten, sebelum ia melakukan profesinya ataukah gangguan mental
itu timbul sebagai akibat pekerjaannya sebagai guru. Selanjutnya tidak
diketahui hingga manakah gangguan mental itu merugikan murid dan proses belajar
mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru adalah
pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan,
ekspresi dan tempramen seseorang, hanya dapat diketahui lewat penampilan,
tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu pesroalan.
Ciri-ciri
stereotip guru, yaitu:
1. Guru
tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel
2. Guru
pandai menahan diri
3. Guru
cenderung untuk menjauhkan diri untuk bergaul dengan orang lain
4. Guru
berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma-norma
yang berkenaan dengan kedudukannya.
5. Guru
cenderung bersikap otoriter dan ingin “menggurui” dalam diskusi
6. Guru pada
umumnya tidak di dorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru
7. Guru
menunjukan kesediaan untuk berbakti dan berjasa
8. Guru pada
umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.
B. Saran
Sebagai seorang pendidik, harus mampu menjalankan
tugas dan kewajibannya terhadap peserta didik. Sosok pribadi seorang guru,
harus menjadi contoh bagi para peserta didiknya.
DAFTAR
RUJUKAN